Fanfiction: Ruki The GazettE (ngga ada judulnya tapi aku beneran suka fic ini ^^)



Title: ngga tau *plakplokdesh*

Featuring: RRU-RU-RU- RUKICHI!!! *sneeze

Genre: Yaoi, smut, violence
wakakakakkaka. Nggak kok, genrenya Fluff *dibogem mentah

Summary: "cantik sekali ya…" kata si cowok berlesung pipi itu sambil tersenyum kecil, yang lain mengangguk menyetujui.
Ruki tidak berkata apa-apa, dia hanya terus menatapiku. Menjelajahi setiap yang ada dalam diriku, seakan berusaha mengingat setiap detailnya.
Beginikah rasanya menjadi seseorang yang berharga?

Must Listen:

  • Sakura, Kirari – Dazzle Vision
  • Memoire d’une fleur, The Beautiful Name – Alice Nine
  • Sakura Saikai no Hana, Sakura Maichiru Ano Oka De, Sarasouju no Komoriuta – Kagrra,
  • Ever, Memories in White – ViViD 


❀❀❀

Saat itu sudah malam larut, namun begitu masih banyak orang berlalu lalang di jalanan yang ramai ini. Kemana kah setiap orang akan pergi? Apa yang ditujunya? Tampaknya sangat menyenangkan mempunyai sebuah tujuan. Ada orang yang ditunnggu, ada yang menunggu. Ada yang akan memperhatikanmu… yah semacam itulah. Telah lama aku mengamati orang-orang, melihat mereka mengatakan "daisuki yo. Hontou ni daisuki" dari hati yang terdalam maupun hanya sekedar kalimat tanpa makna. Bagaimana rasanya memiliki seseorang yang begitu spesial? Merasakan perasaan yang begitu indah?
Pria di dekatku tampak sibuk dengan telepon genggamnya, berbicara pada seseorang di sisi lain telepon. Setelah percakapan yang lumayan panjang, dia berlalu. Bahkan tidak menyadari keberadaanku di sana. Yah… lagipula sekalipun dia menyadarinya lalu apa? Apa yang kuharapkan?
Di kota yang tidak pernah tertidur ini begitu banyak orang berlalu lalang, begitu ramai namun aku merasa sangat kesepian… jika aku bertahan hingga musim ini bergulir, akankah aku menjadi bahagia?
Lalu orang itu datang, dari jauh sebenarnya aku sudah merasakan auranya, auranya terasa begitu memancarkan kehidupan. Dia berbicara dengan teman di sebelahnya, tapi begitu mendekatiku dia tiba-tiba berhenti bicara dan menatapiku. Yah, setidaknya kalau dia tidak menatapiku, dia melihat ke arahku. Yang pertama kali membuatku terkejut adalah matanya, yang hitam khas orang jepang. Matanya memiliki intensitas yang sangat kuat. Bukan matanya, pandangannya. Membuat siapapun merasa betah berbicara dengannya. Matanya bisa berbicara. Profil wajahnya juga begitu berkharisma, aku rasa setiap  orang bisa tahu hanya dengan sekali lihat. Semakin dia mendekat dia semakin tidak melepaskan matanya padaku.
DEGH.
Perasaan apa ini?
"Ruki. Ruki. Apa yang kau lihat?" tanya teman dengan rambut pirang sebahu di sebelahnya.
Jadi… namanya Ruki? Nama yang unik. Apakah itu nama aslinya? Sebenarnya aku merasa nama itu cukup cocok dengannya, pria mungil berkharisma dengan rambut pirang pucat. Dengan tatapan yang begitu berbeda. Ruki.
Ruki.
Ruki.
Ruki.
Apakah kau bisa membaca hatiku, Ruki?
"ne~ Ruki, kau mabuk berat ya?"si pirang itu menepuk-nepuk bahu Ruki. Cowok berambut Hitam disebelahnya pun mulai bingung.
"oi, Rei-kun. Coba kau gendong Ruki. Kelihatannya dia mabuk berat" kata cowok berambut hitam itu. Aku bisa merasakan kharisma mereka, tapi tidak sekuat milik Ruki.
"kuso. Kenapa harus aku? Uruha saja tuh, dia kan mami-nya Ruki. Hahaha!" kata cowok yang dipanggil Rei-kun tadi. Cowok aneh. Dia memakai semacam perban di hidungnya. Bagaimana dia bisa bernafas?
Ruki terus menatap ke arahku, matanya. Matanya itu! Pandangannya itu membuatku merasa beku sekaligus meleleh! Aku merasa tidak berani menatap matanya tapi juga seakan matanya jadi begitu adiktif. Dia mulai keluar dari jalan raya dan berjalan ke arahku. Aku meyakinkan bahwa dia benar-benar menuju ke arahku. AKU? Tapi kurasa benar-benar hanya aku, orang-orang di sampingku bahkan tampak acuh dengan aura Ruki. Hanya aku yang dapat merasakan kharismanya.
"Ruki! Hei! Ruki mau kemana?" tanya cowok yang dipanggil Uruha. Tapi seakan terhipnotis, Ruki terus berjalan ke arahku. Huaaa~~ apa yang harus kulakukan?!
Ketika sudah berjarak sekitar 2 meter dia berhenti dan menatapku dengan takjub, aku tidak bisa tidak yakin bahwa dia menatapiku dengan matanya yang indah dengan kagum.
Tiba-tiba temannya yang lain berdiri di sampingnya, metapi ruki yang sedang menatapiku dengan perasaan… entahlah. Kagum mungkin? Yang jelas sekarang aku menjadi begitu gugup dengan pandangannya yang seperti itu.
Temannya itu akhirnya menolehkan pandangannya padaku juga. Dia tersenyum, dan senyumnya sangat manis. Dia memiliki lesung pipi. Auranya terasa sangat lembut dan hangat seperti senyumannya.
Lama mereka berlima memandangiku dengan kagum, semuanya terdiam.
"cantik sekali ya…" kata si cowok berlesung pipi itu sambil tersenyum kecil, yang lain mengangguk menyetujui.
Ruki tidak berkata apa-apa, dia hanya terus menatapiku. Menjelajahi setiap yang ada dalam diriku, seakan berusaha mengingat setiap detailnya. Jujur saja, tidak pernah ada yang memandangiku seperi ini. aku malu, tapi disisi lain aku merasa tidak ada bagian dari diriku yang memalukan. Dia menatapiku seakan sangat terpesona padaku.
Beginikah rasanya menjadi seseorang yang berharga?
"ayo Ru, kita pulang. Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk Tur"
Ruki dan keempat temannya berlalu pergi.
Apakah setelah ini dia akan melupakanku? Kapan kira-kira aku bisa bertemu dengannya lagi.
Ruki… kurasa aku menyukaimu. Aku menyukai matamu. Aku menyukai caramu memandangku. Apakah kau juga menyukaiku, Ruki?

Kami-sama*… apakah aku berhak menyukai seseorang begini dalam? Seseorang yang tidak mungkin kudapatkan?

Kami-sama… walaupun aku hanya pohon sakura, aku hidup. Aku merasakan perasaan yang bagitu nyata… apa yang harus kulakukan?

Hari demi hari berlalu dan tanpa bisa kucegah semakin bulan april berlalu, kelopakku semakin berguguran.
Apakah semua perasaan sewarna buah persik ini akan berlalu seiring dengan kelopak bungaku berguguran?

Kami-sama… hentikanlah waktu. Jika ingin berguguran, aku ingin mempersembahkan kelopakku pada Ruki.
Tapi dia tidak pernah lewat di jalanan itu lagi dan kurasa dia tidak tinggal di daerah sini karena aku baru pertama kali melihatnya.

Kami-sama… bisakah sekali lagi kau mempertemukanku padanya?
Aku terus menunggumu, tapi kau tidak pernah lewat lagi.

Ne, Ruki… tentu kau tahu dengan filosofi-ku kan? Selama ini aku selalu tidak pernah diperhatikan. Aku bukan pohon sakura yang ditanam khusus untuk ohanami di taman. Aku tumbuh hanya sebagai pemanis di tikungan jalan. Tentu saja banyak yang berkata bahwa aku indah, tapi aku tidak merasa dapat meraih kata-kata mereka. Aku sering bertanya-tanya apakah benar keberadaanku dapat menyenangkan orang lain? Dan hari itu ketika kau datang dengan tatapanmu, aku merasa benar-benar bahagia. Aku merasa kau telah berbicara dengan pandanganmu, bahwa akhirnya aku telah berbuat sesuatu untukmu. Tidak seperti orang lain, kau tidak secara tersurat berkata bahwa kelopakku indah. Kau lebih dari sekedar mengatakannya, kau membuatku merasa bahwa aku benar-benar Indah. Bahwa akhirnya aku bisa merasa bahagia karena telah membuatmu bahagia, karena itulah aku akan terus bermekaran selama aku bisa. Untukmu, untuk orang-orang sepertimu, untuk orang-orang yang mencari kebahagiaan dari hal-hal kecil.

❀❀❀

Tidak terasa sudah 4 kali aku bermekaran semenjak saat kita bertemu.
4 tahun ya… bagaimanakah rupa-mu sekarang Ruki? Bagaimana rupaku kelopakku sekarang? Kurasa aku tidak berubah ya? Perasaan yang lembut itu pun masih ada, masih kujaga seperti janjiku untuk mekar setiap tahun. Setiap hari aku selalu menunggu-nunggu kapan aku bisa bermekaran dan berharap bisa bertemu denganmu lagi. Kita bertemu tidak lebih dari 5 menit dan aku hanya bisa bermekaran tidak lebih dari 14 hari.
Tapi…
Kuharap dengan waktu yang singkat itu kamu menemukan arti dari kefanaan. Bahwa kelopakku fana. Senyata apapun kau menyentuhnya, kelopakku hanya bisa bertahan selama 2 minggu. Keindahan yang telah memukaumu hanya bisa bertahan selama 14 hari. Kehidupan kita hanya sementara, suatu hari kita akan pergi.

Kami-sama…jika kau merasa doaku 4 tahun yang lalu terlalu muluk, terlalu tinggi, dan terlalu sulit untuk dikabulkan… bisakah aku mengganti doaku?

Kami-sama…jagalah orang yang kusayangi.
Bahagiakanlah dia seperti dia membahagiakanku dulu.
Buatlah dirinya merasa Indah seperti yang dia lakukan padaku dulu.
Bantulah ia menyadari bahwa dia berharga, seperti yang dulu ia lakukan padaku walau hanya sekejap.
Bantulah ia menyadari bahwa seperti halnya aku dan dia, seperti dunia ini, seperti kelopakku yang dia kagumi ini, bahwa semua akan kembali padamu.

Kami-sama… adakah yang dapat kulakukan untuk membuatnya bahagia seperti waktu itu?

Author's PoV

Ruki merebahkan badannya di kasur.
'akhirnya selesai juga…' begitu keluhnya. Setelah rapat yang berlangsung selama 3 jam lebih, dia bisa istirahat. Setelah dari bandara udara, mereka langsung di drop ke sebuah Live House untuk melakukan rapat itu dan akhirnya jam 11 malam Ruki baru bisa beristirahat. Dia memandangi  langit malam dari kamarnya. Ruki merasa Lelah, tapi tidak mengantuk apalagi ingin tidur. Akhirnya dia memutuskan untuk mandi dan keluar untuk berjalan-jalan.
Dia berjalan-jalan di sekitar hotel itu, seperti halnya Tokyo, Nagoya pun tidak pernah tidur. Jam menunjukkan hampir tengah  malam namun masih banyak orang berlalu lalang di jalanan itu walau tidak seramai Tokyo.
Sebenarnya ada hal yang mengganggunya. Dia telah lama ingin kembali ke Nagoya semenjak Tur Nameless Liberty Six Guns tahun 2006 dulu. Ada sesuatu yang tak bisa dia lupakan tentang kota ini, tapi nyatanya dia LUPA! Pikiran itu membuatnya resah. Ada sesuatu tentang Nagoya yang begitu membekas, bahkan dia meminta untuk menginap di hotel yang sama dengan waktu itu, tapi tetap saja dia tidak bisa mengingat alasan yang membuat dia sangat ingin kembali ke Nagoya.
'apa aku pernah jatuh cinta ya di kota ini?' pikir Ruki lagi. Tapi jika memang begitu, kepada siapa? Dia bahkan menolak ketika ada staff yang menawarkan untuk menemaninya keluar ini, walaupun sangat bahaya. Tapi dia meyakinkan mereka dengan samarannya, Ruki mengenakan topi dan kacamata.
Ruki berjalan tidak tentu arah, dan ketika itulah dia menemukan pohon sakura di tikungan. Pohonnya lumayan besar dan bunganya hampir mekar semua.
Akhirnya Ruki ingat… pohon ini!
Ini adalah pohon yang bertahun-tahun lalu memukaunya. Saat ini pun dia masih terpukau pada pohon itu. Dia mendekati pohon itu perlahan, seperti waktu itu. Perlahan Ruki merasakan rengkuhan rimbun bunga sakura itu. Dia menyentuh batang pohon itu perlahan, merasakan teksturnya. Akhirnya dia menempelkan pipinya pada pohon sakura itu dan bergumam pelan, "maaf aku lama pergi. Maaf aku melupakanmu…"
Ruki masih ingat dulu adalah awal karir The Gazette. Dia sangat yakit dengan bandnya akan menjadi besar suatu hari, bahkan hari itu pun mereka sedang Tur hingga finalnya di Budokan. Banyak orang  disekelilingnya mulai mencari muka, menawarinya ini itu. Bahkan gadis-gadis juga mulai ramai mendekati Ruki, sang Vokalis Death  Voice. Kalau dulu ketika dia belum sesukses ini didekati begitu banyak orang, mungkin dia akan sangat senang. Tapi saat itu… ruki merasa mereka semua palsu. Merasa mereka hanya bersamanya ketika dia sudah sukses dan tidak ada saat dia susah, mereka tidak melihatnya seperti apa adanya dia dibalik make up dan panggung. Dan malam itu sepulang makan kue sakura mochi dia melihat pohon ini dan entah mengapa sangat terpukau. Dia merasa pohon ini menyemangatinya diam-diam. Ruki tidak bisa berhenti berfikir tentang keindahan pohon itu selama mereka berada di Nagoya. Tapi jadwalnya padat dan akhirnya tidak bisa melihat sakura itu lagi.
"aku datang ke Nagoya karena ingin melihatmu lagi…" bisik Ruki.
"hee… ternyata bukan hanya aku yang sering bicara pada pohon sakura ini ya?" tanya suara lembut dari belakang Ruki. Dia menoleh kaget dan menemukan seorang wanita berdiri tersenyum geli memandanginya menempelkan diri pada pohon sakura itu. Dia tidak ingin dianggap gila ataupun mabuk.
"hah?" Ruki bertanya bingung dan wanita itu berjalan mendekati pohon sakura ini sambil terus menatapi kelopaknya yang hampir mekar semua.
"teman-temanku sering menganggapku aneh karena berbicara pada pohon sakura ini" katanya dan membuat Ruki semakin bingung. Ruki hanya diam dan memandangi wanita itu.
Wanita itu… mungkin jika Ruki bertemu dengannya di jalanan ramai yang penuh orang akan langsung mengingatkannya pada pohon sakura ini. Wajahnya tidak terlalu cantik, sedikit kekanakan tapi ekspresinya yang sangat lembut ketika memandangi Pohon sakura ini terkesan dewasa. Wanita ini mungkin versi manusia dari pohon sakura ini sendiri, walaupun tentu saja Ruki tidak mungkin membiarkannya menatapi wanita ini seperti dulu dia menatap pohon sakura ini pertama kali. Ruki tidak yakin apakah dia jatuh cinta pada pandangan pertama pada wanita ini seperti dulu dia jatuh cinta pada pandangan pertama pada Pohon sakura ini, tapi…
"aku Takanori, Matsumoto Takanori" kata Ruki sambil mengulurkan tangannya.
Wanita itu tersenyum lembut dan menyentuh bunga sakura yang dahannya rendah, "aku Yoshino, Tenshimaki Yoshino"
"oh, ya benar. Ini sakura Jenis Someiyoshino ya?"

[jadi nama Aslinya adalah Matsumoto Takanori, ya?]

おわり

*) kami-sama: Tuhan

Wkwkwk sudah lama sekali rasanya terakhir aku membuat fic tentang sakura. Fanfiction ini sepenuhnya terinspirasi dari lirik lagu ‘Sakura – Dazzle Vision’, tapi setelah selesai dan aku membacanya ulang, aku merasa di beberapa bagian mirip dengan sebuah cerita di komik karangan Aqua Mizuto, dream kira-kirado, kalau ngga salah. Tapi sumpah, aku ngga ada maksud untuk menyama-nyamain. Sedikit curcol, ternyata menyenangkan juga membuatnya padahal saat proses pembuatannya aku lagi galau. Wkwkwkwkwk. Fic ini juga mengingatkanku pas aku membuat Twist dalam PoV-nya seperti yang kulakukan pada fic awalku dulu yang awalnya diambil dari PoV Elizabeth kucingnya Ken Kitamura. Apa ketebak banget ya kalo Fic ini PoV-nya dari pohon sakura?

Yang jadi pertanyaanku selama beberapa tahun ini adalah… KENAPA SETIAP MAU BUAT FIC INSPIRASINYA DATENG PAS MAU UJIAANNNN????
TT____TT
Huhuhu, tolong do’ain saya supaya IP saya bagus~~
Semester ini berasa ngambang banget…

Postingan populer dari blog ini

Hitomi no Jyuunin- L’Arc~en~Ciel (indonesian translate)

ENDLESS RAIN- X JAPAN(Indonesian translate)

Sangatsu Kokonoka- REMIOROMEN (Indonesian translate)