Fanfiction: Something Hidden Under Your Skin
ini sebenernya Fanfiction tentang My Highness Uruha yang udah lama tapi baru inget mau kupost gegara baru nemu pict yang tepat. yah... baru inget mo nyari pict itu juga sih.
="=
maybe someday my forgetfulness would kill me
okay, wit no more bacot, DOZOU~
="=
maybe someday my forgetfulness would kill me
okay, wit no more bacot, DOZOU~
Title : Something Hidden Under Your Skin
Chapter : one shoot (tapi ada kepikiran mau bikin sekuelnya :3)
Author : Le Jasumin
Summary : Tapi dia suka... Uruha suka
malam-malam berkejar-kejaran tanpa akhir seperti ini.
Uruha : kali ini kenapa lagi, hah?
Jasu : T_T
Uruha : ayo jawab! Kemaren udah
pon, Shou, anak-anak Hi-Black, naoran, Kai, Aoi, sekarang aku~ ayo jawab!!
Jasu : *mewek*
Jasu : *mewek*
Uruha : jawab! Kalo nggak, aku
mogok kerja
jasu : oke, oke! Aku... aku... aku...
jasu : oke, oke! Aku... aku... aku...
Bang Haido : kamu kenapa Jasu? *makan Pecel*
jasu : aku... aku stress mau ujian praktek baaaaang~! TT_______TT
jasu : aku... aku stress mau ujian praktek baaaaang~! TT_______TT
Haido+ uru : GUBRAKK!!
Uruha : jadi cuman gara-gara itu?!
Uruha : jadi cuman gara-gara itu?!
Hah? Apaan nih?
=”=
=”=
“uruha, Tenshimaki-san datang lagi tuh!” kata
Saga begitu kepalanya muncul dari ruang istirahat. Uruha menoleh sebentar dan
mengangguk singkat, lalu tersenyum.
“katakan padanya aku akan datang 5 menit
lagi”, lalu saga mengangguk dan menutup pintu.
Ruangan itu biasa digunakan untuk para host
menunggu jika mereka akan bersiap, tapi nyatanya banyak host yang bersembunyi
di sini untuk menghindari pelanggan. Tentu saja, mana yang akan kau pilih:
berdiri di pinggir jalan sambil tersenyum palsu sepanjang malam, kedinginan,
tidak dipedulikan orang, pegal, mulut kram, belum lagi jika manajer mereka
Cho-san yang orang china itu memarahi mereka entah karena apa, atau berada di
ruangan yang hangat ini duduk-duduk sambil menonton tv? Sudah jelas kan. Saat itu dia hanya sendirian
di ruangan itu. setelah dia melihat jam Rolex yang melingkar di tangannya, dia memaklumi.
Ini jam 8 malam, maklum saja semua orang sedang sibuk-sibuknya. Dia mematikan
televisi yang sebelumnya menampilkan berita tentang wanita korban pembunuhan
berantai yang sedang marak.
Tapi uruha tidak perlu mengalaminya. Tidak
lagi, lebih tepatnya. Dulu waktu dia masih junior, begitulah yang diperintahkan
Cho-san. Berdiri di luar, tersenyum hangat pada wanita-wanita berduit!
Dengan begitu kau bisa menjadi nomor satu mengalahkan Aoi-san! Sekarang
begitu dia mengecap peringkat si nomor satu, dia tahu pekerjaan ini sebenarnya
sangat membosankan. Kadang dia malah menyuruh Aoi untuk menggantikannya jika
dia malas atau sedang capek, atau sedang tidak dalam suasana hati yang baik.
Tapi sebenarnya semuanya sama saja, saat di luar berdiri tersenyum atau di
dalam menghibur. Semuanya palsu.
Uruha memandangi wajahnya yang sempurna di
pantulan cermin. Wajahnya yang lembut namun juga tegas dikelilingi rambut
pirang sebahu. Dia memandangi matanya yang tajam berwarna hitam. Dia menyukai
matanya. Dari semua kesempurnaan(ini menurut orang-orang disekitarnya) yang
melekat di tubuhnya, dia paling menyukai matanya. Berwarna hitam, dan tajam.
Uruha tidak suka jika Cho-san terlalu mengaturnya dan menyuruhnya untuk
mengenakan kontak lensa. Dengan alis menggantung rendah di atasnya, lalu turun
mengikuti lekuk hidung mancungnya dan berakhir di bibir yang berlekuk . Dia
mendekatkan wajahnya ke cermin untuk menemukan ketidaksempurnaan make-up atau
apa saja. tapi tidak ada, semua begitu sempurna seperti biasa. Uruha puas dan
senyum angkuh mengembang di bibir seksinya.
Kini dia menjauhi cermin untuk melihat
bajunya. Hanya kaus hitam tipis dan jas, serta celana bermerk. Uruha tidak
menyukai kemeja seperti yang biasa dipakai host-host yang lain. Walaupun
Cho-san beberapa kali menegurnya, tapi tetap saja, Siapa yang berani
memarahinya, si Nomor satu? dua kali uruha menatap dari atas ke bawah, lalu ke
atas lagi. Akhirnya dia menghela nafas. Semuanya hanya sama saja, buat apa aku
repot-repot? Pikirnya. Dan akhirnya dia melangkah menjauhi cermin,
menarik-narik sedikit jasnya untuk menghilangkan kusut dan menyemprotkan parfum
ke badannya. Uruha sudah siap menjalani satu lagi malam membosankan.
Tapi dia suka... dia suka malam-malam
berkejar-kejaran tanpa akhir seperti ini. Dia tidak membenci kedataran hidup
seperti ini, dia hanya bosan. Katanya mengingatkan pada dirinya sendiri, dan
merenggangkan mulutnya untuk bersiap tersenyum dan berbohong sepanjang malam.
“ah, ururu!” kata Yoshino Tenshimaki melambai
antusias padanya. Aoi yang sudah duduk manis di dekatanya menoleh pada uruha
dan tersenyum lusuh. “kebiasaan!” begitu makna senyumnya. Uruha tersenyu
meminta maaf padanya karena harus menemani Yoshino dulu.
“wah, kukira tadi kau akan lebih lama, aku
sudah mulai akan menceritakan cerita seru pada Yoshino-san” kata Aoi
“ahahaha...” uruha hanya tertawa singkat
menanggapinya.
“baiklah Yoshino, karena Uruha-mu sudah
datang, sebaiknya aku pergi” kata Aoi bangkit dan mengancingkan jasnya.
“eeh? Aoi sedang sibuk ya?” kata Yoshino
memasang tampang mewek. Uruha mulai berpikir, gadis ini sebenarnya cukup manis
dan cantik jika dia tidak melebih-lebihkan ekspresinya. Tapi sekali lagi dia
mengingatkan dirinya untuk tidak mempedulikan detil-detil kecil seperti itu.
mereka semua sama. Sekantung kenikmatan yang dibungkus wajah cantik dan
kata-kata bohong yang manis.
“ahaha, aku sudah akan ‘pergi’” katanya. Uruha
memahami bahwa yang dimaksud adalah dia sudah di’pesan’ oleh orang lain.
“yaah~ kalau hanya aku dan uruha saja akan
sepi kan~?” katanya lagi “hm...” yoshino mulai memandang sekelilingnya. Matanya
berhenti pada Hiroto yang sedang mengobrol dengan Nao di bar.
“Hiroto-kun, hiroto-kun!” panggilnya, membuat
Hiroto dan Nao menoleh menghadapnya. Akhirnya hiroto berjalan ke arah Uruha dan
Yoshino.
“ada apa, Yoshino?” tanya Hiroto ramah “ada
yang perlu kuambilkan di bar?”
“tidak, bergabunglah denganku dan Uruha!”
katanya
Hiroto tampak kebingungan sejenak. Uruha bisa
tahu dia pasti merasa sungkan atau entah minder bersama Uruha dan Yoshino. di
host club itu, siapa yang tidak mengenal Yoshino? Pelanggan yang tidak
segan-segan mengeluarkan uangnya hanya untuk sebaris-dua baris kata manis
kebohongan dari beberapa pemuda-pemuda penghuni host club itu. Namun,
permintaan Yoshino susah untuk ditolak mengingat tips yang akan didapatkannya.
“ah... uhm... baiklah” kata hiroto lagi.
Setelah itu Yoshino menghadapi Uruha lagi.
“uru-chan seperti biasa kan? Moet & chandon?” katanya, dan uruha
mengangguk.
Begitu wine-nya datang, uruha tidak
segan-segan membukanya dan langsung mengisi gelas anggur miliknya, milik
Yoshino dan Hiroto. Uruha meneguk wine-nya. Bahkan minuman semahal itu pun
tidak dapat mengalahkan rasa yang dikejarnya. Sedikit rasa menusuk dari wine
itu membuatnya teringat alasannya dia bersedia menjadi host.
“ne, ne, ururu, juru foto hari ini benar-benar
menyebalkan!” katanya memulai cerita. Sudah tidak terhitung berapa orang yang
dianggapnya menyebalkan. Yoshino adalah supermodel, namun di mata uruha di
tidak lebih dari seorang gadis manja. Namun, harus di akuinya, badannya memang
bagus. Di balik bajunya itu, tersimpan sesuatu yang sudah lama menjadi incaran
uruha.
Semenjak bertemu dengannya, uruha merasa dia memiliki
sesuatu yang lain. Bukan secara fisik, tapi itu lebih seperti hanya sesuatu
yang hanya dia yang mengetahuinya. Ya, Yoshino dan gadis-gadis itu-lah yang
membuat malam-malam membosankannya menjadi sedikit lebih menyenangkan. Uruha
menyukai saat-saat masih mengejar-ngejar seperti ini. Ketika Yoshino sudah
jatuh ke tangannya dia akan beralih. Begitu terus motifnya. Tapi di tempat yang
kotor dan berkelipan seperti ini, itu
adalah sesuatu yang normal.
Tidak terasa, jam suda menunjukkan setengah
satu malam, dan Hiroto sudah tertidur di sofa itu. tinggal Yoshino dan Uruha
yang daritadi terus bercerita membakar malam.
“ne... uruha-kun... aku merasa pusing sekali,
kurasa aku tidak akan sanggup membawa mobil” katanya manja sambil memegangi
kepalanya. Tidak lama kepala itu jatuh ke bahunya.
Ini dia! Ini ajakan yang telah ditunggunya!
Uruha berpikir girang ketika akhirnya yoshino berjalan mendekati perangkapnya.
Dia tidak menyangka tawaran ini akan datang secepat ini. Inilah salah satu
bagian favoritnya ketika letupan-letupan kecil seperti ini datang. Tapi tidak
heran juga, jika uruha telah bersikap lebih manis malam ini.
“eh? Benarkah? Aduh... bagaimana jika aku
mengantarkanmu?” kata uruha pura-pura menawarinya. Padahal dia tahu bahwa
memang itulah makna yang tersirat dari maksud ucapan Yoshino.
“benarkah? Apa tidak merepotkan uruha?”
katanya manja
“tidak, tidak apa apa kok” kata uruha lagi
sambil tersenyum simpul.
Akhrinya setelah basa-basi pada Cho-san,
mereka melangkah meninggalkan hangatnya club dan berjalan ke jalanan yang
dingin. Mobil ferrari merah ceri milik yoshino yang diantarkan oleh valet
menghempaskan sedikit angin, membuat Uruha menjadi sedikit kedinginan. Dan di
perjalanan itu angin malam menerpanya, semakin membuatnya tidak sabar untuk
mendapatkan sensasi itulagi.
Sebenarnya dengan apa yang dimilikinya
sekarang, tentu saja uruha bisa saja sering-sering merasakannya, tapi kalau
begitu tidak seru kan? Lagipula, belum tentu pilihan acaknya akan menghasilkan
rasa yang dia harapkan. Yang ada malah dia akan semakin bosan dan permainan
akan berakhir bahkan sebelum dia ingin memulainya. Jadi seperti ini lebih baik.
Dia membuka matanya lebar-lebar dan dia ingin dia merasakan setiap detilnya,
uruha ingin dia merasa benar-benar hidup saat dia merasakannya.
“uruha-kun ingin mampir dulu?” katanya lagi
begitu dia sudah di dalam apartement-nya.
Segera saja tanpa kata uruha mengangguk. Dan
dia melangkah masuk.
Uruha yakin, Yoshino menganggap dirinya-lah
yang masuk ke jebakannya. Namun Yoshino benar-benar salah, Yoshino-lah yang
masuk ke jebakannya. Dia tersenyum kecil. Dan senyuman kecil itu tertagkap oleh
mata Yoshino. Segera saja dia mengantikan senyuman di bibir uruha dengan
ciuman-ciuman liarnya. Lipsticknya yang berwarna pucat membekas di bibir uruha.
Keduanya terdorong ke sofa yang berada di sisi lain ruangan. Uruha tau,
sebentar lagi dia akan mendapatkan kesenangannya.
Tangannya turun dari rambut Yoshino ke
lehernya. Dia bisa merasakan Yoshino sama berdebarnya seperti dia.
Ciuman-ciuman Yoshino semakin liar dan tangannya telah berhasil melepaskan jas
uruha dan menyusup ke bawah kausnya.
Menyebalkan, wanita ini membuat permainan
ingin cepat-cepat kuhentikan! Uruha tidak suka dengan perempuan yang
terburu-buru seperti ini. Gadis yang sebelumnya sedikit pemalu dan walaupun apa
yang diharapkannya dengan gadis itu tidak lebih baik dengan Yoshino, uruha
menikmatinya. Kalau Yoshino buru-buru ingin tidur dengannya, maka terpaksa dia
harus mengakhiri kejar-kejarannya.
Kepala uruha turun ke lehernya dan menghirup
harumnya.
Dia bisa merasakan harum manis pekat yang
melebihi parfum manapun...
Gelak secara konstan yang melebihi ombak
manapun...
Dan rasa menusuk yang bahkan melebihi anggur
terbaik manapun!
“uruha-kun...” bisik Yoshino tepat di
kupingnya.
Uruha memandang kulit putih yang tipis itu
sejenak sebelum dia menancapkan taringnya, lalu menghisap cairan merah itu
tanpa henti. Tegukan pertama yag mengalir melewati tenggorokannya takkan pernah
ia lupakan. Setiap perempuan itu mempunyai rasa yang khas. Uruha tidak
membiarkan setu gulirpun darah menetes. Dia menjilati darah yang jatuh ke leher
dan bibirnya. Jarinya yang lentik dan panjang mencengkram leher Yoshino,
sementara yang lain dibuatnya untuk menopang tubuh mereka. Dia begitu menikmati
darah Yoshino sampai tidak sadar bahwa yoshino sudah berhenti bergerak. Uruha
terus menyesap darah yang mengalir ke nadinya, seakan merasa dia tidak pernah
puas dengan hasil yang dia dapatkan ketika setelah sebulan bermain
kejar-kejaran dengan gadis itu. seakan rasa hausnya takkan pernah terpenuhi
dengan cairan itu.
Entah berapa lama dia melakukan itu, namun
ketika dia berdiri dan menatap mayat Yoshino, kulitnya sudah pucat seperti
kebanyakan gadis yang dulu. Dia merasa puas. Setidaknya hingga dia mendapat
target baru, kesenangan malam ini cukup untuk beberapa bulan mendatang.
Setidaknya begitulah yang beberapa bulan telah dia lakukan. Pembunuhan
berantai, bodoh sekali polisi-polisi itu sampai tidak menyadari bahwa semua
bercak tetesan darah itu mengarah ke dirinya. Tapi ya sudahlah, uruha malah
bersyukur karena dia tidak terlibat masalah.
Dia sudah mulai meninggalkan rumah yoshino
ketika di bagian samping gantungan mantel terdapat kaca panjang dan dia
menyadari bibirnya masih merah bercak darah. Dia tersenyum. Darah. Sebuah cairan
kehidupan manusia dengan rasa yang begitu tajam dan harum yang dapat
memabukkannya. Cairan pekat berwarna merah inilah yang berhasil membujuknya
memasuki dunia malam kabuki-cho. Uruha puas dan dia menjauhi cermin.