Resensi OUT: BEBAS
Judul :
Out (Bebas)
Pengarang :
Natsuo Kirino
Tahun :
1997
Jumlah halaman: 565
Out (Bebas) adalah Novel pertama dari Natsuo kirino yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan menjadi Finalis untuk penghargaan
Edgar (Allan Poe) Award. Novel ini juga merupakan satu dari dua novelnya yang
diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia.
Novel pertama dari Natsuo Kirino yang sayabaca adalah
GROTESQUE, dan saya langsung jatuh cinta dengan gaya bahasa serta cerita yang dipaparkan.
Berawal dari situ, saya mulai mencari novel lain dari Natsuo Kirino dan
akhirnya menemukannya. Dan lagi, OUT tidak mengecewakan saya yang merupakan
pecinta tema suspense thriller dan selalu saya baca setiap kali saya ada
kesempatan.
Tokoh utama dari cerita ini adalah seorang karyawan pabrik
nasi kotakan (bento) yang mengambil shift malam bernama Katori Masako. Di
pabrik tersebut Masako akrab dengan 3 orang karyawan lain. Pada dasarnya
hubungan kedekatan mereka tidak dapat disebut dengan ‘pertemanan’ karena mereka
hanya dekat pada saat di pabrik dan itu dilakukan demi menyelesaikan pekerjaan
berat tersebut dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin.
Konflik dimulai melalui sudut pandang Yayoi, salah satu dari
tiga orang karyawan yang dekat dengan Masako di pabrik tersebut. Yayoi yang
telah membunuh suaminya meminta tolong kepada Masako untuk membantu memindahkan
mayat suami Yayoi. Akhirnya Masako memutuskan untuk sekalian melenyapkan suami
Yayoi tersebut. Untuk proses penghilangan mayat tersebut, dia meminta tolong
kepada Yoshie untuk membantunya. Awalnya Yoshie menolak keras-keras tawaran
Masako, namun karena suatu alasan mendesak dia akhirnya membantunya. Begitu pula
hingga akhirnya Kuniko, terlibat dalam proses pelenyapan suami Yayoi. Sementara
ketiganya sibuk memikirkan perbuatan mereka Yayoi berakting sebagai seoran
istri yang suaminya telah dibunuh dengan sangat sempurna dan polisi akhirnya
tidak mencurigainya dan teman-temannya sebagai pembunuh.
masalah tidak berhenti sampai disitu. Seorang pemilik klub
hostess menjadi kambing hitam atas tuduhan pembunuhan suami Yayoi . Namun
akhirnya dia dibebaskan karena kurangnya bukti. Satake, nama pemilik klub itu,
telah hancur dan kehilangan segalanya karena tuduhan yang telah diberikan
kepadanya dan dia membalas dendam kepada keempat wanita ini.
Hal yang saya sukai dari novel ini adalah bagaimana setiap
karakter digambarkan dengan sangat mendetail beserta latar belakang kehidupan
serta sifat-sifatnya. Bagaimana akhirnya keempatnya menjadi saling berkesinambungan
serta konflik-konflik yang terkesan cerdas dan seolah-olah telah diatur dengan
sangat cermat. Yang agak sedikit mengecewakan untuk saya adalah bagaimana
pertarungan nyali antara Masako dan Satake berakhir dengan sangat cepat. Tatap
muka mereka yang sesungguhnya lebih memaparkan tentang keadaan tersebut bukan
bagaimana pandangan antara satu sama lain. Namun teman saya malah merasa bahwa
ending-nya lah yang benar-benar klimaks, bertentangan dengan pemikiran saya.