ISSHI MIMIBUKURO ~Sebab dan Akibat (bagian satu)~
Sebab dan Akibat (bagian satu)
Sebuah cerita dari temanaku di Nagano.
Dia mempunyai seorang kakak laki-laki yang lebih tua dua tahun darinya
dia berkata bahwa ketika kakaknya masih berada di SMP, dia tiba-tiba mengalami sakit kepala dengan alasan yang tidak diketahuinya. saat diluar dia berfikir bahwa dia mengalami demam, dan mencari indikasi karenanya, tapi seminggu dan dua minggu telah berlalu dan kondisinya tidak membaik. malah sebaliknya, sakit kepalanya semakin bertambah.dia mencoba pergi untuk periksa di rumah sakit beberapa kali, tapi tidak ada yang aneh yang ditemukan di tubuhnya.
pada saat seperti itu, ibunya memberitahu seseorang yang dapat membantunya. orang itu adalah seorang wanita yang jauh lebih tua yang biasanya tidak bekerja, tapi dia tipe orang yang dapat melihat hal-hal yang kebanyakan orang lain tidak dapat melihatnya. Berfikir bahwa orang itu dapat mengerti sebab dari sakit kepalanya jika menemui wanita ini, ibu dan kakaknya pergi bersama untuk berbicara pada wanita itu.
mereka memasuki rumah dan bergerak-gerak memberi isyarat di bantal duduk, tapi wanita itu segera menyapa mereka dan dengan tegas menatap si kakak laki-laki.
"kau, apakah kau melukai sebuah pohon di suatu tempat? ya, jelas saja itu adalah pohon plum. karena itulah pohon tersebut marah kepadamu, kau semestinya menawarkan sake dan meminta maaf dengan baik" dia berkata padanya.
pada awalnya, dia tidak tahu apa yang dia maksud dan menjadi sangat bingung, tapi kemudian dia mengingatnya bahwa di perjalanan menuju rumah dari sekolahnya, dia bermain dengan temannya dan berayun di pohon di sisi jalan.
pada hari berikutnya, laki-laki itu dan ibunya pergi ke jalanan itu dengan membawa sake dan mereka terkejut dengan lokasi pohon itu. pohon itu benar-benar pohon plum... terlebih lagi, ada retakkan besar di dasar ranting yang dia ayuni. mereka memberikan persembahan sake dengan penuh hormat, meletakkan tangan mereka dan berharap permintaan maaf dari dasar hati mereka. lalu sakit kepala yang dialaminya hilang begitu saja bagaikan itu hanya sebuah kebohongan.