Resensi Cantik itu Luka oleh Eka Kurniawan
Pengarang :
Eka Kurniawan
Tahun :
2002
Penerbit :
PT. Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 481 halaman
Eka kurniawan lahir di Tasikmalaya, 1975. Menyelesaikan studi
Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada 1999. Di tahun yang sama menerbitkan
karya pertamanya, Pramoedya Ananta Toer
dan Sastra Realisme Sosialis. Karyanya yang telah terbit : Cantik itu Luka(2002), Lelaki Harimau(2004),
Gelak Sedih dan cerita-cerita Lainnya(2005), Cinta Tak Ada Mati(2005). Kini
tinggal di Jakarta. Cantik Itu Luka telah
diterbitkan dalam bahasa Jepang dengan judul Bi wa Kizu , dan dalam bahasa Malaysia dengan judul yang sama.
Novel karangan Eka Kurniawan ini merupakan novel yang tidak
pernah bosan saya baca. Saya pertama kali mendengarnya ketika membaca tentang
sebuah novel berjudul Bi wa Kizu di perpustakaan SMA, dan ketika saya melihat
novel ini saya menjadi teringat dengan novel tersebut.
Cerita novel ini dimulai dari kisah tragis seorang pria
pribumi bernama Ma Gedik, yang cinta dalam hidupnya direngut oleh Tuan Belanda.
Kekasih Ma Gedik akhirnya memutuskan untuk bunuh diri, menyisakan Ma Gedik
hidup sendirian. Bertahun-tahun kemudian, datanglah Dewi Ayu, cucu dari Tuan
Belanda yang merebut kekasih hatinya. Dewi Ayu memaksa Ma Gedik untuk menikah
dengannya, tapi akhir cerita mereka pun tidak lebih baik. Ma Gedik juga
melompat di tebing yang berada di sisi tebing dimana kekasihnya dulu bunuh
diri. Menyisakan bukin Ma Iyang dan Ma Gedik sebagai akhir cerita mereka.
Di sisi lain. Cerita milik Dewi Ayu tetap berjalan, dia
menjadi pelacur nomor 1 di Halimunda. Melahirkan 3 orang anak perempuan yang cantik-cantik dan kemudian melahirkan 1 anak masing-masing, dan 1 lagi anak perempuan yang sangat buruk rupa yang ironisnya diberi nama Cantik. Namun cucu-cucu Dewi Ayu itu tidak
merasakan hidup yang cukup lama seperti ayahnya. Anak-anak dan suami dari
setiap anak Dewi Ayu akhirnya mati. Setiap anggota keluarga Dewi ayu, menantu,
anak-anaknya certa cucu-cucunya memiliki cerita tersendiri yang membuat saya
bertanya-tanya bagaimana akhir cerita novel ini.
Hal yang membuat saya sangat menyukai novel ini adalah
bagaimana antara latar belakang satu tokoh mempengaruhi kehidupan tokoh-tokoh
lainnnya. Ceritanya begitu mengalir dan menunjukkan latar belakang setiap
karakter yang akhirnya menjadi seperti sebuah mata rantai. Setiap karakter
memiliki cerita yang bisa dibuat menjadi penggalan-penggalan cerita Pendek. Dan
bagaimana akhir dari novel ini tidak data ditebak. Salah satu novel terbaik
yang jarang ditemukan di Indonesia yang saat ini dilanda demam novel dengan
cerita romansa yang dapat dibilang picisan. Selain dari segi cerita, saya
sangat menyukai pribadi Dewi Ayu yang terbilang sangat cuek, dia memiliki
pandangannya sendiri tentang bagaimana cara mencintai seseorang, bagaimana
pandangannya mengenai cinta, dan bagaimana pandangannya tentang bertahan hidup
di saat dimana –dikutip dari perkataan dewi ayu- “laki-laki dengan nafsu yang
sangat besar layaknya anjing di musim kawin”
“karena aku
mencintaimu, dari usus-ususku yang terdalam”
-Dewi Ayu-