Pernah berkhayal tentang kematianmu?
i found this creepy post a few time ago
O_O
this one is made when i was 16 or around that age.
and yes, it's kinda interesting and scary in the same time
O_O
this one is made when i was 16 or around that age.
and yes, it's kinda interesting and scary in the same time
Aku sering memikirkan jalan hidup versi
idealku, dimana semua mimpiku tercapai... aku menikahi orang yang kuharapkan...
yah, semacam angan seperti itu... tapi
yang paling sering dan memang selalu berulang2
dengan versi cerita yang macem2 adalah tentang kematianku. Bagaimana aku
akan mati, dan setelah aku mati...
Pernah berkhayal tentang kematianmu?
Aku sering. Dan khayalanku berupa
penggalan-penggalan cerita... membuatnya seperti drama ber-episode.
Aku berkhayal... aku mati karena sakit. Bukan
sakit dramatis yang penuh penderitaan macam Aya Kito dalam drama ‘Ichi Rittoru
no Namida –One littre of Tears–‘ , hanya mati. Mati. Terbaring pucat, lemah, tak bertenaga di salah
satu ruangan ICU di kotaku. Dengan
gorden berwarna biru kehijauan pucat disekelilingku tirainya terbuka sedikit
untuk membiarkan penjengkku melihatku dari jendela di seberang ruangan. Yah...
setidaknya aku punya pengunjung beberapa tetanggaku dan orang teman terdekatku,
dan keluargaku tentunya... walaupun aku sering bingung... siapa teman
terdekatku. Kurasa aku lumayan tertutup pada orang-orang disekitarku. Maksudku,
aku bukan tipe yang tidak dapat bersosialisasi atau semacamnya... tapi aku
jarang membuka kehidupan pribadiku dengan orang-orang disekitarku, karna
kupikir, buat apa aku menceritakan kehidupan pribadiku? Tapi demi kelangsungan
khayalanku, aku memutuskan beberapa orang yang sering bersamaku. Aku akan penasaran
sendiri jika tidak menyelesaikan khayalanku. Nah... teman-temanku ini menunggu dan
mengawasiku dari gorden jendela itu. beberapa dari mereka tampak cemas, namun
sebagian tampak bosan. Mungkin memang aku tidak begitu dekat dengan mereka?
Beberapa selang-selang infus transparan
berseliweran di tanganku. Aku tak pernah di-infus sebelumnya, tapi pasti
rasanya sakit, dengan jarum tajam menggantung di lenganmu sepanjang hari. Namun dalam keadaan sekarat seperti yang
kubayangkan, aku tak merasakan tanganku lagi... aku tak merasakan
badanku lagi.
Tapi mama menggenggam tanganku, dia hanya diam
namun air mata bergulir di pipinya dan aku kembali teringat semua salahku padanya... ah, aku belum sempat membalas kebaikkannya selama 16
tahun. Papa dan adik2ku disekelilingku. Mereka menangis lebih keras dari mama,
mungkin mereka juga sudah menduga akan kehilangan aku beberapa saat lagi.
Karena tentu saja, mama lebih tegar daripada mereka. Aku tahu itu, aku selalu
tahu itu. dan papa, khusus untuk minggu ini datang dan terus menjengukku.
Mungkin sesekali dia bertanya “mau makan apa?” atau “mau minum apa?”, tapi aku
yakin kalau itu semua untuk meyakinkan dirinya bahwa aku masih mampu bicara.mungkin dia menyesal? Kuharap
begitu, kuharap dia menyesal tidak menghabiskan waktu bersamaku lebih banyak.
Lalu hal terakhir, aku menarik nafas dan
semakin merasakan bau rumah sakit. Alkohol, bau infus, tabung oksigen besi, bau
obat, dan parfum mama. Aku selalu
ingat parfum yang mama kenakan, Paris Hilton atau Enchanted yang di impor dari
Malaysia, yang katanya dia pakai semenjak gadis. Dan
mataku terpejam. Mungkin diantara bau-bau itu aku akan sempat berfikir: “ah, ini saatnya, ya? Aku selalu penasaran
bagaimana waktu aku mati...”
Setidaknya begitulah
bayanganku. Lalu aku mati.
Adegan berikutnya berganti ketika aku telah
selesai dikuburkan. Rumahku dipenuhi orang-orang dan dijalanan depan rumah
dipasang tenda. Mama memakai kerudung
dan duduk lemas di ruang tamu, bersama pelayat2 yang datang dengan wajah
mendung.
Aku tak bisa melanjutkan bagian ini... tidak
di bagian mamaku bersedih.
Nah, setelah itu ke bagian kamarku, di kamarku
ada banyak barang-barang dimana aku membangun istanaku. Membangun kastil dan
bentengku. Aku punya hiasan2 berupa botol2 sirup bening yang kuisi dengan
origami bintang-bintang dari kertas marmer mengkilat warna-warmi... yang besar
seukuran botol sirup ada 3 dan yang kecil2 ada sekitar sepuluh... akan kuapakan
botol2 titu? Belum lagi koleksi komikku yang memenuhi satu lemari. Koleksi
novel-novel sastra yang tak pernah bosan kubaca, namun karena pekerjaan rumah
dan aku harus belajar serta bermain internet, jarang kubaca... padahal
menurutku novel2 itu sangat bagus dan
mengandung nilai moral. jam weker ‘deathnote L’-ku, boneka-bonekaku, buku
catatan spiral berisi rangkuman setiap semesterku di SMA, dan terutama bingfkai
foto yang berisi foto-foto dari photobox... ah, berat meninggalkan semuanya.
Berat meninggalkan kamarku dan duniaku... tapi di khayalan ini aku mati kan?
Ada satu kotak yang kuletakkan di sudut bawah
bufetku... berisi barang-barang berhargaku... hadiah2 paling berkesan, album
band L’Arc~en~Ciel, isi pensil mekanik dengan ketebalan berbeda, buku-buku
nihon-go... semuanya ada di kotak itu. sementara aku belum berpesan kalau aku
ingin mama dan adik2ku menyimpankannya untukku... kotak itu berisi barang2 yang
nengingatkan ku tentang siapa aku.
Nah, karena di rumahku aku satu-satunya
pecinta jepang dan novel, maka kuputuskan aku berkhayal bahwa mama menjual
semua komikku, serta novel-novelku. Adikku yang bungsu masih telalu kecil untuk
baca novel atau komik, sementara yang lain tidak punya minat sama-sekali dengan
buku-buku. Begitu juga dengan segala
jepit rambut serta pernak-pernikku yang lain. Eh, tunggu... mungkin mama akan
memberikan ke adikku yang bungsu mengingat dia sejak dulu mengincar semua
aksesorisku, hahahaha.
Nah, begitu mama sedang bersiap-siap
mem’bazar’kan koleksi-koleksiku, mama menemukan kertas-kertas tak berjilid di
salah satu sudut bufetku. Bufet di kamarku mengandung banyak sekali rahasia
kalau kau membukanya secara mendetail. Kertas2 itu berisi tulisan2 kanji dan
hiragana jepang yang tidak dimengerti
mama, namun mama merasa aku menumpahkan segalanya ke kertas itu. dan karena
tidak mungkin ada orang yang akan membeli itu, maka mama menyimpankannya di
sebuah kotak manis seukuran kardus makanan kecil yang beberapa waktu yang lalu kulihat di
toko. Lagipula, tak mungkin mama akan menjual
semua barangku kan? Semakin mama membongkar kamarku dia mengetahui
berbagai rahasia konyolku... hahaha, mungkinkah dia akan tertawa saat membaca
diari yang kutulis saat kelas 6 SD? Cinta monyet. Yah, aku senang menulis.
Maksudku menulis menuangkan pikiranku, bukan mencatat dengan pensil atau
pulpen. Tidak, tulisanku tidak begitu rapi. Tapi karena aku senang menulis, maka aku punya banyak buku catatan.
Dan dalam buku catatan itu, tak hanya terdapat satu topik... jadi, seperti yang
kukatakan tadi,aku bisa menceritakan setiap detil mengapa benda itu ada di kamarku beserta latar belakangnya, bahkan
mungkin bahan-bahannya.
Pencarian mama berlanjut ke buku-buku sekolahku,
mama memutuskan akan memnyimpannya dan tahun depan akan diberikan ke tetanggaku
yang satu sekolah denganku namun, setingkat dibawahku. Ketika mama membuka buku
cetakku, mama mungkin mengharapkan akan menemukan seperti penggalan2 rumus, atau
coretan-coretan angka... namun yang ditemukannya (lagi-lagi) tulisan jepang
yang tidak dimengerti hasil ke-frustasian anaknya. begitu mama membuka novel-novelku, dia
menemukan di cover awal atau akhir terdapat tulisan yang melambangakan
kepemilikan bukuku, “this book is property of xxx” xxx adalah nama yang kupakai
untuk menamai buku dan komik-komikku, dan kalimat ini kujiplak dari salah satu
novel favoritku Harry Potter and The
Half-Blood Prince.
Begitulah mama meng-eksploitasi kamar
sepeninggalanku, dalam khayalanku.
Nah, bagaimana dengan data-data yang ada di notebook-ku? Yang
isisnya 99% dunia jepangku? Aku memutuskan dalam khayalanku, adikku yang
pertama mengambil alihnya dan memformat hardisknya tanpa ampun. Seperti tuannya
mati, maka datanya akan hilang juga. Tidak peduli bahwa data-data inilah yang
selama ini menemaniku, bukan siapa-siapa.
Sekarang masuk ke bagian paling menyenangkan
dari khayalan ini: apa yang ‘dia’ rasakan setelah aku tidak ada?
Tentu saja dalam otak remaja-ku. Aku
membayangkan ‘dia’ akan sedih
kehilanganku. Entahlah... namun aku juga membayangkan ‘dia’ tidak menangis. Aku..... membayangkan dia akan bisa
melupakanku setelah beberapa bulan. Mengingat aku mati begitu saja, aku
menganggap di khayalanku ini aku bukan orang yang memorable. Dan dia akan melanjutkan hidupnya, begitu saja. dari
seluruh adegan dramatis tentang bagaimana seseorang mati atau akan mati yang
pernah kutonton, maupun kubaca, aku tidak dapat mengaplikasikannya dalam
khayalanku. Tidak. Aku termasuk dari sedikit orang yang entah bagaimana percaya
bahwa setiap ada awal selalu ada akhir. Segalanya yang fana memiliki ujung,
begitu juga dengan hubungan yang kujalani bersamanya. Bagaimana seseorang di
suatu film begitu mengingat kekasihnya yang mati. Dia tidak pernah bisa mencintai
orang lain, bla bla bla. Itu di film, tidak bisa kuterapkan di khayalanku.
Bagaimanapun aku sayang dengannya ingin dia terus mengingatku, khayalanku harus
cukup sesuai dengan realita bahwa aku tidak akan mengalami apa yang di-alurkan
film itu. tidak. Kurasa akupun akan demikian jika dia mati. Menurutku sebagaimanapun seseorang runtuh, suatu saat dia
pasti akan bisa menerima sebab keruntuhannya. Waktu terus berputar dan kenangan
tentangku akan terkikis bersama angin waktu. Aku percaya bahwa dia melupakanku. Bukan dalam arti sesungguhnya, maksudku
akan datang suatu hari ketika dia mengingat namaku dan tidak merasakan apapun.
Dan bagi mamaku… aku
tidak tahu bagaimana menjelaskannya. mamaku seperti personal stylist, teman
curhat terbaikku, psikologis, dokter, guru moral, koki, dan segala profesi yang
mungkin bisa dibayangkan oleh seorang anak. Mamaku adalah mama terbaik di
dunia, tidak, ini serius. Ketika mama-mama yang lain melarang untuk ini-itu,
mamaku mempercayaiku untuk melakukannya. Aku tidak tahu apa yang dia rasakan
ketika keilangan aku.
Mengkhayal bahwa aku
akan mati membuatku sadar bahwa setiap detik berharga. Bahwa tuhan hingga saat
ini membuat semua adegan itu hanya ada di kepalaku. Setiap detik, setiap
tarikan nafas, setiap detak jantung, setiap hidup itu berharga. Bahwa tidak ada
yang diciptakan-Nya karena ketidak-sengajaan. Semuanya melalui proses matang.
Bahkan ketika aku merasa benar-benar sendiri, merasa bahwa tidak ada seorangpun
yang mengerti diriku aku masih diberikan kekuatan untuk terus berjalan.
now playing: 雫 (Shizuku) – Kagrra,