i'm not the one who have a right to give a title, so let's call this poetry... "Tudung matahari"


Although this poetry is made for me, I don’t think it belongs to me. This is just a little reminiscence from someone in my past. And I’m really glad he made this poetry for me.

☂☂☂
Disaat tudung matahari mulai tertutup menutupi dirinya
Bulan mulai tampak malu-malu untuk keluar
“hei cinta, kenapa kamu sekarang begitu lelah untuk menatapku lagi?”
Kau seolah-olah ingin berpaling pergi
Seperti angin yang berlalu, lewat lalu lalang
Seperti motor-motor yang berkendar tanpa cahaya malam
Tanpa kenangan, kau menyeretku pergi
“oh mengapa? Inikah saat kita untuk tinggalkan pergi?”
Tapi di satu tempat itu aku selalu menunggumu
Disaat bulan terakhir hilang ditengah menunjukkan lingkaran senyummu
Disaat aku harus menunggumu, aku akan tetap selalu menunggu
Seperti biasanya matahari tersenyum meski dibalik tudungnya
Meski disaat malam hari dan dia akan pergi tetap tersenyum
Seperti aku yang selalu tersenyum
Seperti aku yang tersenyum untuk selalu menunggumu
Untuk kemari
☂☂☂

I’m sorry for posting this without ur permission. At the end, I’m the one who supposed to say this poetry…

Postingan populer dari blog ini

Hitomi no Jyuunin- L’Arc~en~Ciel (indonesian translate)

Sangatsu Kokonoka- REMIOROMEN (Indonesian translate)

ENDLESS RAIN- X JAPAN(Indonesian translate)